NUTRISI QOLBU

Menjadi Sempurna

46
×

Menjadi Sempurna

Sebarkan artikel ini
ilustrasi : ruangangkasaluas.blogspot.com

 

Sebelum lebih jauh kita membahas tentang ‘ Menjadi Sempurna’  ada baiknya kita memahami dulu tentang makna kesempurnaan. Allah adalah dzat yang MAHA SEMPURNA, sehingga kemahaannya tak dapat didefenisikan dengan sudut pandang apapun, Ia menyatakan ketakterhinggaan diri-Nya dengan kalimat, “wa lam yakun lahu kufuan ahad” tak ada satupun yang setara dengan-Nya. (Q.S. Al-Ikhlas : 4). Membaca ayat ini ingatan kita melambung pada peristiwa pencarian Tuhan yang dilakukan oleh Nabiallah Ibrahim as. Sebagai seorang pemuda yang cerdas, Nabiallah Ibrahim as, tidak mengikuti kebiasaan jahiliyah yang dilakukan kaumnya, menyembah berhala.

Naluri dan kecerdasan akalnya menolak perilaku bodoh – membuat patung yang dianggap Tuhan lalu menyembahnya . Ia terus melakukan eksplorasi pada semesta, ia mencari sosok yang begitu agung dan besar dalam defenisi akalnya hingga ia menyadari ada satu benda yang cahayanya menyelimuti bumi,yakni MATAHARI.

Begitu lama ia menikmati dan menganulirkan rasa untuk dapat menerima bahwa benda yang begitu terang ini adalah TUHANnya, namun seiring waktu, mataharipun mengikuti rotasi taqdirnya, ia ditelan oleh malam, sirna tanpa jejak dan bekas.

Ibrahim tersentak, iapun tersadarkan bahwa ini bukanlah sifat yang MAHA AGUNG, ia tak mungkin cacat, sementara matahari, menghilang begitu saja.  Demikian juga saat ia melihat rembulan, bintang dan mayapada, semuanya tak abadi. Hingga hatinya tertambat pada pemahaman, pastilah ada satu kekuatan yang MAHA DAHSYAT yang mengatur semua ini. Dan saat itulah hidayah menyapanya.

Mengartikulasikan pencarian Nabiallah Ibrahim as yang akhirnya mendapatkan klimaks tafakur dengan penyadaran diri, kita dapat menemukan jawaban, bahwa mahluk yang begitu besar seperti matahari, bulan dan bintangpun tak sehebat dugaan kita, apatalah lagi diri kita, dari sudut ukur dan bentuk tak ada seujung kuku dibanding matahari. Seharusnya kita tersadar bahwa memang tidak akan pernah ada kesempurnaan pada mahluk.

Namun manusia memang begitu lemah, ia gampang berbolak balik, bahkan hatinya bisa mendidih lebih dari titik didihnya air yang menggelegak di perapian. Nafsunya selalu mencari kesempurnaan, sayangnya ia menambatkan pandangan itu serta berharap ia menjadi sosok yang sempurna atau paling tidak disikapi dengan sikap yang sempurna.

Adalah kehidupan rumah tangga sebagai contoh kecil dalam kehidupan ini. Seorang suami memimpikan istri yang ideal alias sempurna, sehingga ia mengadministratifkan daftar kesempurnaan itu, wanita harus cantik, baik, pandai, nurut, melayani, dsb. Di pihak yang lain, wanitapun mengkalkulasi kesempurnaan yang ingin ia dapat dari suaminya, laki-laki yang baik, pengertian, penuh kasih sayang, kaya, soleh, dan seabrek kriteria lainnya.

Padahal semakin kita mengharapkan kesempurnaan semakin kita menemukan banyak kekurangan, karena sunnatullahnya mahluk takkan ada yang sempurna. Apa sesungguhnya yang bisa menyempurnakannya? Mengembalikan pemahaman bahwa yang sempurna hanyalah Allah, sehingga hati kita lebih gampang menerima orisinilitas kekurangan pada pasangan hidup kita.

Sikap menerima, memahami dan penyadaran akan ketidaksempurnaan itu akan melahirkan kesempurnaan sikap dan kebahagiaan pada bathin, namun sebaliknya jika kita menuntut kesempurnaan, yakinlah takkan pernah kita menuai hasil yang sempurna.

So…..saling berbesar hati, melapangkan dada, menerima kekurangan, dan menyadarkan diri, bahwa kitapun takkan mampu berbuat yang sempurna……..

(Raden Ahmad Affandi /Joko)