OPINI

Kiai Mamak dan Harapan Baru Masyarakat Sampang

85
×

Kiai Mamak dan Harapan Baru Masyarakat Sampang

Sebarkan artikel ini
KH Muhammad Bin Muafi Zaini (kopiah putih).

Oleh : Atiqurrahman (Pemuda Pulau Mandangin Sampang).

KH. Muhammad Bin Muafi Zaini atau Kiai Mamak memiliki pesona dan daya pikat yang cukup kuat di hati masyarakat Madura, khususnya Sampang. Sebab, ia adalah salah satu figur intelektual pesantren yang cerdas, jujur dan bersahaja. Ia memilih jalan politik sebagai ruang pengabdiannya.

 

Bagi pengasuh Pondok Pesantren Nazhatut Thullab ini, politik bukanlah sekadar urusan kekuasaan semata, melainkan sebagai medium pengabdian dan perjuangan untuk membangun kemaslahatan umat.

 

“Jika sebuah kekuasaan (pemerintahan) itu terkelola secara baik dan benar, maka niscaya cita-cita kemakmuran dan kesejahteraan hidup masyarakat tercapai”, tutur Kiai Mamak.

 

Penyataan Kiai Mamak ini mengingatkan saya pada makna hakikat politik sebenarnya. Bahwa politik bukanlah tentang kekuasaan, tetapi lebih kepada pelayanan kepada masyarakat.

 

Oleh karena itu, ketika Kiai Mamak menjadi anggota legislatif Provinsi Jawa Timur, ia lantang dalam menyuarakan kepentingan masyarakat Pulau Garam. Ia bahkan menuntut pemerintah Jawa Timur untuk lebih serius memperhatikan kondisi kesejahteraan masyarakat Madura.

 

Dan ironis sekali, memang, bahwa sebuah pulau dikelilingi sumber daya alam yang melimpah (migas) dan sekaligus produsen garam terbesar, justru nasib masyarakatnya masih hidup dalam garis kemiskinan.

 

Hal itu selaras dengan data BPS Jawa Timur, bahwa tiga Kabupaten di Madura, yakni Sampang, Bangkalan dan Sumenep angka kemiskinannya masih cukup tinggi.

 

Selain itu, Kiai Mamak adalah politisi yang tegak lurus dengan harapan dan aspirasi konstituennya. Ia mampu meletakkan kepentingan masyarakat Madura diatas segalanya. Ibarat kata, ia adalah penyambung lidah rakyat sejati.

 

Kini, Kiai muda lulusan Al-Ahgaff University Yaman itu resmi mencalonkan diri sebagai bupati Kabupaten Sampang, bersama wakilnya H. Abdullah Hidayat, ia adalah mantan wakil bupati Sampang periode 2019-2024.

 

Dan sebagian masyarakat termasuk saya menaruh harapan besar kepadanya. Jika nanti pasangan ini terpilih, semoga bisa membawa perubahan dan menjadikan Sampang lebih baik dan maju lagi.

 

Dengan kepemimpinan dan tata kelola pemerintahan baru diharapkan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang masih terserak di Sampang.

 

“Kami sudah selesai dengan kehidupan pribadi kami, waktunya hari ini mengabdikan diri untuk masyarakat Sampang”, tutur Kiai Mamak saat konferensi pers.

 

Pernyataan itu bukanlah sekadar janji politik semata, melainkan sebuah komitmen dan prinsip politik Kiai Mamak sebagai fondasi perjuangan dan pengabdiannya. Bahwa kelak pemerintahanya akan mengutamakan kemaslahatan masyarakat Sampang.

 

Melihat rekam jejak politik Kiai Mamak, saya yakin, ia tidak mungkin mengkhianati segenap aspirasi, harapan dan kepentingan masyarakat Sampang. Karena sejak kecil, nilai-nilai keislaman dan ke santrian sudah tertanam kuat dalam dirinya. Ia, adalah figur berintegritas, sekaligus berkapasitas.

 

Tantangan.

 

Ada beberapa problem serius yang masih terserak di Kabupaten Sampang. Salah satunya adalah soal kemiskinan. Menurut laporan BPS, angka kemiskinan di Kabupaten Sampang tertinggi se-Jawa Timur.

 

Dan laporan itu terkonfirmasi oleh data BPS Sampang bahwa angka kemiskinan tahun 2023 mencapai 21,61℅ atau 3,47 ribu jiwa. Penyebabnya adalah naiknya harga kebutuhan pangan dan menurunnya tingkat produksi pertanian. Akibatnya, pendapatan ekonomi masyarakat (petani) nyaris tidak ada.

 

Dan kasus semacam itu, juga menimpa para nelayan di desa saya Pulau Mandangin, di satu sisi hasil tangkap ikan terus mengalami penurunan, bahkan nyaris tidak ada, tapi di sisi lainnya harga kebutuhan pangan terus melambung tinggi.

 

Jadi, kehidupan petani dan nelayan di Kabupaten Sampang ini memiliki nasib yang sama: Melarat. Ibarat kata, sudah jatuh tertimpa tangga pula.

 

Nah, problem kemiskinan ini, tentu akan menjadi tantangan bagi Kiai Mamak dan H. Abdullah Hidayat ke depan. Karenanya, perlu merumuskan kebijakan baru yang lebih utuh dan menyeluruh, serta melibatkan seluruh stakeholder (dinas-dinas) untuk menekan dan mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten Sampang.

 

Saya harap, rumusan kebijakan itu bukan hanya bersifat karitatif seperti skema bantuan sosial, melainkan pengembangan usaha berjangka panjang dan membuka lapangan pekerjaan baru.

 

Lagi pula struktur perekonomian Kabupaten Sampang salah satunya ditopang oleh banyaknya lapangan usaha jasa (mengandalkan keahlian). Sehingga hal ini perlu diperkuat dan tersu dioptimalkan.

 

Selain kemiskinan, tantangan berikutnya yang tak kalah penting adalah merebaknya usia produktif (sekitar 15-59 tahun) di Kabupaten Sampang. Menurut data BPS angkanya mencapai 62,34℅ atau 616,16 jiwa.

 

Artinya lebih dari separuh penduduk Kabupaten Sampang ini memiliki potensi dan upaya kerja produktif yang harus dikelola secara baik dan benar demi kemajuan Kabupaten Sampang.

 

Kiai Mamak dan H. Abdullah Hidayat perlu menyiapkan program yang “friendly” dengan generasi muda. Seperti membuka ruang kreasi dan inovasi selebar-lebarnya, guna mengotimalkan potensi generasi muda sebagai ujung tombak perubahan dan perbaikan.

 

Sebab jika potensi usia produktif ini gagal dikelola secara baik, maka akan menimbulkan berbagai problem baru pada kemudian hari.

 

Dengan demikian, saya kira, dua problem atau tantangan tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi Kiyai Mamak dan H. Abdullah Hidayat jika kelak terpilih.

 

Dan saya yakin, pasangan ini sebenarnya sudah menyiapkan solusi terbaik dengan berbagai program strategis untuk kemajuan Kota Bahari.