PERISTIWA

Kisah Pilu Muktasim Tukang Ojek Selamat Dari Rusuh Wamena, Papua

24
×

Kisah Pilu Muktasim Tukang Ojek Selamat Dari Rusuh Wamena, Papua

Sebarkan artikel ini
Muktasim tukang ojek korban kerusuhan Wamena. Akhirnya bisa berkumpul kembali dengan ibunya di Desa Panggung, Kecamatan Kota

petajatim.co, Sampang – Muktasim, 21, seorang perantau asal Desa Panggung, Kecamatan Sampang, yang selamat dari kerusuhan di Wamena, Papua. Kini pemuda yang baru sebulan berprofesi sebagai tukang ojek itu terpaksa pulang ke kampung halaman dan berkumpul kembali dengan keluarganya.

“Alhamdulillah saya bisa selamat dari peristiwa kerusuhan di Wamena berkat bantuan pihak keamanan di sana,” kata Muktasim saat ditemui di rumahnya. Kamis (03/10/19).

Ia menuturkan, awal kericuhan terjadi pada 23 September 2019 sekitar pukul 07.30 di jalan Bhayangkara tepatnya di depan Kantor Pemda Wamena. Pemicunya saat terjadi tawuran antar pelajar SMP di sana.

“Saat kericuhan terjadi saya kebetulan sedang mengantarkan penumpang ke jalan itu,” tuturnya.

Namun tidak disangka peristiwa tawuran antara pelajar tersebut, malah semakin meluas setelah segerombolan massa datang ke lokasi dengan membawa panah, parang dan gergaji mesin. Massa yang mayoritas merupakan warga setempat itu berkerumun di jalan. Bahkan situasi semakin tidak kondusif karena massa berbuat anarkis dengan merusak dan membakar sejumlah toko atau kios yang ada di lokasi.

“Jumlah massa sekitar 700 orang, mereka merusak sejumlah toko milik para pendatang kemudian tanpa di perintah langsung membakarnya,” ujarnya.

Melihat situasi makin memanas, aparat keamanan telah berupaya meredam kericuhan tersebut. Bahkan, petugas sempat mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan massa. Namun massa malah makin beringas dan berani melawan aparat.

“Karena saya berada dilokasi kerusuhan, maka saya mencoba menyelamatkan diri dengan berlindung di belakang barisan petugas yang tengah menghalau massa. Mengingat kerusuhan tidak dapat diredam, malah semakin meluas. Karena massa mencari para pendatang dengan membawa senjata tajam. Untuk menghindari terjadinya korban jiwa makin banyak, maka petugas mengungsikan mereka di Kantor Polisi dan Keramil setempat, ” terangnya dengan tatapan mata mengingat kembali kejadian yang mencekam itu.

Dia menceritakan, dalam sehari penghasilan didapat dari tukang ojek bisa mendapatkan uang Rp 350 ribu. Dirinya mengaku terpaksa merantau dengan mengadu nasib di wilayah Indonesia paling Timur itu, karena ingin membantu meringankan kebutuhan keluarga

“Bapak saya sudah lama meninggal. Sementara, ibu sudah 12 tahun tidak bisa bekerja karena lumpuh,” ucapnya dengan nada sedih.

Maktasim mengaku senang dan bersyukur bisa selamat dari kericuhan tersebut. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Pusat, Provinsi Jatim, Pemkab Sampang yang telah membantu proses pemulangan para pengungsi hingga tiba di kampung halamannya kembali.

“Saya berharap semoga Wamena Papua bisa kembali aman, dan kondusif seperti sedia kala,” pungkasnya. (nal/her)