Pewarta : Andik Prasetyo – Banyuwangi
Apabila potensi sektor pariwisata dapat dikembangkan secara optimal, maka sektor pariwisata dapat berperan penting dalam upaya percepatan pengembangan ekonomi daerah secara menyeluruh. Dampak positif yang dapat diterima, tidak hanya pada peningkatan dan pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga perluasan kesempatan kerja sekaligus peningkatan pendapatan per kapita masyarakat sekitar, disamping dapat menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah yang potensial.
PETAJATIM.com, Banyuwangi – Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus berbenah diri memperkenalkan potensi di sektor pariwisata, termasuk keanekaragaman budayanya. Tak berlebihan, jika saat ini Banyuwangi merupakan salah satu kota tujuan wisata. Selain memiliki banyak destinasi wisata unggulan, juga memiliki keunikan budayanya.
Pada event Banyuwangi Festival 2019 bulan Juni ini, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar event tak kalah menarik, yakni Banyuwangi Bambo Festival 2019, yang berlangsung Sabtu (15/6/2019) kemarin.
Kegiatan yang berlangsung tiga kali dalam setahun ini, diselenggarakan di desa pengrajin bamboo, yakni Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi.
Tema yang diangkat pada festival bambu kali ini, yaitu Agung Wilis, sosok pejuang kerajaan Blambangan pada masa penjajahan VOC Belandaa tahun 1767-1768.
Tidak kurang dari 50 peserta ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Mereka memperagakan kostum yang terbuat dari bahan dasar bambu mulai dari sepatu, baju, bahkan mahkota yang digunakannya terbuat dari bambu.
Kepala Desa Gintangan Rusdiana menuturkan, bahwa dengan adanya Festival Bambu ini bukan hanya perolehan apresiasi saja, tetapi juga berdampak pada perekonomian Desa Gintangan.
“ Dampaknya luar biasa, dengan adanya Bambu Festival ini bukan hanya perolehan, tetapi dampaknya kepada masyarakat terutama di bidang perekonomian,” tuturnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, MY Bramuda sangat mengapresiasi acara Banyuwangi Bambu Festival yang sangat layak untuk dijadikan agenda Banyuwangi Festival karena keunikan dari kreatifitas masyarakat desa pengrajin bambu tersebut.
“ Jadi memang Gintangan ini salah satu desa menghasilkan produk UMKM berupa anyaman Bambu, tapi brand-nya ingin kita naikkan ke dunia internasional, makanya kenapa kita pilih salah satunya adalah fashion show dalam bentuk baju yang berbahan dasar bambu.” ungkapnya.
Bramuda menambahkan, pihaknya nantinya juga akan mendukung pegiat UMKM tersebut dengan merubah pengadaan ATK yang awalnya berbahan kertas, dirubah menjadi bambu.
“ Tentu kita akan men-support ya, salah satunya bagaimana produk-produk yang selama ini berbahan kertas, kita rubah menjadi bambu. Mulai dari tas, lalu materi yang selama ini kita gunakan sebagai ATK berbahan kertas, kita akan coba merubah dengan bambu. Dengan demikian ada kepedulian dari pemerintah daerah dalam rangka menghidupi dan menghidupkan kembali Gintangan sebagai salah satu destinasi wisata desa bambu di Kabupaten Banyuwangi.” tambahnya.
Penampilan peserta Banyuwangi Bambu Festival 2019, berbeda dengan tahun sebelumnya. Banyuwangi Festival 2019 kali ini hanya berlangsung 1 hari, yakni mulai pukul 13.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB.
Dengan diiringi musik, para peserta dengan bangga memperagakan kostum uniknya. Berjalan di atas catwalk sembari menari dan menebar pesona kepada para penonton yang hadir pada acara Banyuwangi Bambu Festival 2019.
(red)