PERISTIWA

Musaiyana Mengajak Generasi Millennial Sampang Berperan Menuju Peradaban Bangsa

37
×

Musaiyana Mengajak Generasi Millennial Sampang Berperan Menuju Peradaban Bangsa

Sebarkan artikel ini
PAC IPNU dan IPPNU Kecamatan Robatal mengelar simposium kebangsaan yang menghadirkan Musaiyana sebagai pembicara

petajatim.co, Sampang – Musaiyana menyatakan sudah saatnya generasi muda Sampang bersama-sama mengambil peran penting menuju peradaban bangsa yang semakin majemuk. Tidak boleh berpangku tangan tapi harus dengan action (aksi nyata), karena aksi nyata yang baik selalu ditopang dengan pola mindset yang terus tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang kian pesat.

“Sebagai generasi millennial, pemuda harus menemukan passion (find your pasion), serta kebiasaan (habit) yang selalu konsisten berbuat yang positif. Sehingga mampu berkiprah dalam era global saat ini, ” ungkap Musaiyana, pemuda pelopor Nasional 2019 saat menjadi pembicara dalam simposium kebangsaan dengan tema Mencetak Generasi Millenial Berbasis Santai Menuju Peradaban Bangsa, Kamis (4/12/2019).

Simposium yang digelar dalam rangka pelantikan Pengurus Anak Cabang (PAC) Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kecamatan Robatal yang dihadiri Ketua PAC IPPNU Robatal, Umar Faroq, delegasi anak muda dari sekolah se Kecamatan Robatal dan Camat Robatal Kiyatno.

Selain Musaiyana, pihak panitia juga menghadirkan pembicara Khobiri, duta pemuda Jawa Timur yang mengupas tentang peran santri juga harus menjadi bagian peradaban bangsa dengan karakteristik santri diantaranya rasa percaya diri, kolaborasi, kreatif.

“Karena sejatinya generasi millenial adalah generasi dimana menjadi peluang dan tantangan yang dihadapi saat ini. Jadi harus menyadari dengan memupuk percaya diri, agar selalu kreatif dan inovatif menghadapi era ketidakpastiaan. Mengingat semua harus berbasis gudget dengan media sosial bagi dari kehidupan sehari-hari, maka harus mengenal dengan Industri 4.0,” papar Khobiri.

Dikatakannya, santri juga perlu selalu menopang diri dengan learning (belajar) dengan teknologi informasi, terbuka dengan dunia luar serta berkolaburasi dengan semua kalangan. Agar mindset atau pola pikir tidak instan.

“Santri millenial tidak hanya terkungkung di dalam Pondok Pesantren saja, namun juga berperan dalam dunia global yang tanpa sekat tanpa harus melepaskan jati dirinya sebagai seorang santri dengan segala karekteristiknya yang khas, ” pungkasnya.

Di akhir acara kegiatan dilanjutkan dengan diskusi berlangsung dengan tanya jawab, dan ditutup dengan foto bersama. (tricahyo/her)