PERISTIWA

Pemerintah, Ulama, Desa, dan Tim 5 Bahu Membahu Pemakaman Jenasah Pengungsi Syiah di Karang Gayam Omben

94
×

Pemerintah, Ulama, Desa, dan Tim 5 Bahu Membahu Pemakaman Jenasah Pengungsi Syiah di Karang Gayam Omben

Sebarkan artikel ini
Pelaksanaan pemakaman pengungsi Syiah di Desa Karang Gayam, Omben.

PETAJATIM.co, Sampang – 1 orang pengungsi Syiah Safi’ih yang meninggal dunia di tempat pengungsian Rusun Puspa Agro, Sidoarjo jenasahnya di semayamkan di kampung halamannya di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.

Jenasah Safi’ih dimakamkan hari Jumat dini hari 30 April 2021, pukul 02.30 WIB. Pemerintah, ulama, perangkat desa dan Tim 5 bahu membahu memakamkan jenazah almarhum Safi’ih. Kepala Desa setempat  dan Tim 5 mengawal kedatangan jenazah, mensholati hingga prosesi penguburan.

Sekretaris Daerah (Sekda ) Sampang, Yuliadi Setiyawan mengatakan, sebuah pemandangan yang sama sekali belum pernah terjadi sejak meletus konflik 2011 lalu (hampir 10 tahun) .

Kini semuanya telah berubah berkat kerja keras dan kolaborasi antara Bupati Sampang, H Slamet Junaidi, Forkopimda dengan Ulama beserta Tim Kabupaten , dan pusat yang terkonsolidasi, menghasilkan tetes demi tetes kebaikan, dari sedikit hingga terkumpul menjadi sebuah arus gerakan nyata bersinergi satu padu hingga tak terbendung lagi wujud perdamaian yang haqiqi.

“Kami sangat bersyukur ulama dan warga sudah menerima dengan tangan terbuka. Dan rekonsiliasi pun sudah di depan mata, menunggu keseriusan dari pemerintah provinsi selaku stake holder yang dipasrahi menangani konflik ini,”jelasnya.

Kemudian Ia menambahkan, Safi’ih menderita stroke berat sudah 1 tahun , namun beliau tetap memaksa hadir mengikuti Deklarasi Baiat keluar dari Syiah dan kembali pada faham Ahlussunnah Waljamaah (Sunni) pada 5 November 2020 lalu meski kondisi kesakitan karena stroke.

“Tidak hanya itu, semua anak-anaknya dicabut, dikeluarkan dari lembaga (sekolah) Syiah dan dipindahkan ke PP. Lirboyo-Kediri. Hal itu beliau lakukan karena kuatnya niat dan kokohnya iman, karena jelas berkonsekuensi kehilangan beasiswa dari Yayasan Syiah. Keimanan dan nurani mengalahkan kebutuhan akan materi,” pungkasnya.

Penulis. : Tricahyo
Editor : Heru