KINERJA

Penataan Pedagang Pasar Sentol Kedungdung Semrawut

97
×

Penataan Pedagang Pasar Sentol Kedungdung Semrawut

Sebarkan artikel ini
Para pedagang pasar sentol berjualan hingga diruas jalan raya sehingga kerap menimbulkan kemacetan lalu lintas

petajatim.co, Sampang – Di Kabupaten Sampang ada 26 pasar tradisional. Satu diantaranya pasar Sentol, Kecamatan Kedungdung. Namun selama ini pengelolaan pasar tidak maksimal. Indikasinya, penataan pedagang semrawut.

Kebersihan pasar juga kurang diperhatikan. Selain bau, sampah berserakan di mana-mana. Baik di dalam pasar maupun di luar. Pedagang juga banyak yang berjualan di luar area pasar atau di pinggir jalan.

Pantauan petajatim.co, sejumlah pedagang pasar berjualan di depan Puskesmas Kedungdung, depan kantor Kecamatan, dan di depan SDN Moktesareh 1 yang lokasinya tidak jauh dari pasar. Akibatnya, arus lalu lintas si depan pasar, puskesmas, dak kecamatan terganggu.

Hozaimah, 48, pedagang buah di depan SDN Moktesareh 1 menuturkan, banyaknya pedagang pasar yang berjualan di luar dikarenakan lokasi pasar penuh dan tidak ada tempat lain yang bisa ditempati untuk berjualan.

“Di dalam pasar sudah tidak ada tempat lagi. Kios dan los tidak sebanding dengan jumlah pedagang,” tuturnya. Rabu (20/19/19).

Warga asal Desa Moktesareh itu mengaku sudah lama berjualan di depan SD. Selama ini dirinya ingin sekali pindah berjualan ke dalam pasar agar bisa lebih layak dan nyaman.

“Sekarang pasarnya dibangun. Semoga saya bisa kebagian los di dalam pasar,” ucapnya.

Menanggapi itu, Wakil Ketua Komisi II DPRD Sampang Alan Kaisan, menilai Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagprin) Sampang tidak maksimal dalam mengelola pasar tradisional. Akibatnya, manajemen dan tata kelola pasar amburadul.

Pasar semakin ramai karena jumlah pedagang terus bertambah. Sementara, lokasi pasar sempit dan tidak memadai. Akibatnya, pedagang terpaksa berjualan di luar dan di sekitar pasar.

Menurut Alan, kondisi penataan pedagang yang semrawut dan lingkungan kotor tidak hanya terjadi di pasar Sentol. Tapi juga terjadi di sejumlah pasar tradisional lainnya. Seperti Pasar Omben, Batu Lenger, Banyuates, dan Bringkoning.

“Kondisi yang paling parah itu di Pasar Bringkoning. Pedagang berjualan di bahu jalan, padahal itu berbahaya dan bisa mengancam keselamatan mereka,” katanya.

Politikus Partai Gerindra itu mengaku akan segera memanggil disperdagprin dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), dan Satpol PP Sampang untuk meminta keterangan terkait dengan data jumlah pedagang, masalah kebersihan lingkungan, dan penertiban pedagang di pasar itu.

“Kami ingin semua pedagang berjualan di dalam pasar. Karena selama ini pedagang ditarik retribusi,” pungkasnya. (nal/her)