petajatim.co, Sampang – Mat Sapi tidak menyangka akan mengalami nasib tragis seperti ini. Pengungsi asal Dusun Nangka, Desa Omben, Kecamatan Omben itu yang mencoba mengadu nasib menjadi sopir di Wamena Papua, terpaksa kembali ke kampung halamannya akibat peristiwa kerusuhan yang menelan korban jiwa dan ratusan rumah terbakar.
Dengan nada sedih Ia menuturkan, awalnya ia berangkat ke Wamena pada Tahun 2016 silam, selama diperantauan di wilayah Indonesia paling timur itu sehari-hari menjadi sopir. Dari hasil yang dia dapat kemudian ditabung hingga bisa mencukupi kehidupannya sehari-hari, bahkan dia mampu membeli rumah dan perabotan rumah tangga selama tinggal disana.
“Tapi semua harta yang saya kumpulkan berikut rumah kini hangus dibakar oleh massa yang sangat beringas. Masih untung nyawa saya bisa diselamatkan berkat pertolongan salah seorang anggota TNI,” tuturnya dengan nada sedih, Selasa (1/10/2019).
Ia menceritakan, bagaimana kisah dia bisa selamat dari amukan massa yang membakar rumah para pendatang. Bahkan mereka tak segan-segan dengan sadis membunuh warga yang dijumpai tanpa belas kasihan sama sekali.
“Saat terjadi kerusuhan, semua warga pendatang panik. Bahkan saya terpaksa meloncat pagar rumah untuk menyelamatkan diri. Namun rumah dan semua harta benda habis terbakar termasuk mobil saya, kini hanya tinggal pakaian yang melekat dibadan,” ucapnya.
Diceritakannya, penduduk lokal dengan membabi buta mengunakan panah beracun serta parang dalam melakukan aksinya. Beruntung nyawanya selamat karena berkat bantuan salah seorang anggota TNI. Kemudian bersama para pengungsi yang lain, mereka di tampung di sebuah Gereja.
“Terus bagaimana kelangsungan nasib saya nanti, karena semua dokumen penting seperti SIM, KTP dan surat berharga lainnya sudah habis terbakar,” keluhnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sebanyak 24 pengungsi asal Sampang yang berhasil dievakuasi telah tiba kampung halamannya masing masing, diantaranya 14 orang dari Kecamatan Omben, 8 orang asal Desa Taman Sareh, 2 orang Desa Plakaran Kecamatan Jrengik. Para pendatang yang kebanyakan menjadi sopir angkot, tukang ojek, penjual goreng dan sebagian menjadi petani itu difasilitasi Pemerintah Sampang melalui Dinas Sosial. (tricahyo/her)