DAERAHPOLITIK

Prihatin Kondisi Daerah, Gerakan Pemuda Pantura Banyuates Serukan Ganti Bupati di Pilkada Sampang

165
×

Prihatin Kondisi Daerah, Gerakan Pemuda Pantura Banyuates Serukan Ganti Bupati di Pilkada Sampang

Sebarkan artikel ini
Gerakan Pemuda Pantura Banyuates mendeklarasikan dukungan kepada pasangan calon bupati dan wakil bupati Sampang Kiai Mamak-Mas Ab di Pilkada 2024.

PETAJATIM.CO || Sampang – Gerakan Pemuda Pantura Banyuates, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang mendeklarasikan dukungan untuk pasangan calon KH Muhammad Bin Muafi-Abdullah Hidayat pada pilkada 2024.

 

Kelompok pemuda tersebut menilai pasangan Kiai Mamak-Mas Ab itu dinilai memiliki arah pemikiran sama dengan mereka. Uniknya, saat deklarasi mereka memakai kaos hitam dengan tulisan #2024 Ganti Bupati.

 

“Kami ingin perubahan. Kami ingin Sampang yang lebih baik dan itu ada pada pasangan Kiai Mamak-Mas Ab,” kata koordinator Gerakan Pemuda Pantura Banyuates, Ivan Budi Ariesta, Sabtu (24/8/2024).

 

Menurut Ivan, sikap Gerakan Pemuda Pantura Banyuates mendukung Kiai Mamak-Mas Ab ialah karena menilai pemikiran dan gagasan pasangan tersebut paling pas untuk kabupaten Sampang saat ini, terutama kalangan pemuda.

 

Ivan menambahkan, pasangan Kiai Mamak-Mas Ab merupakan sosok paket pemimpin yang lengkap dan mempunyai rekam jejak baik dibandingkan pasangan calon lainnya.

 

“Sebagian besar kalangan pemuda di Pantura ingin bupati baru. Figur Kiai Mamak-Mas Ab dinilai pas untuk memimpin kabupaten Sampang lima tahun kedepan,” katanya.

 

Ivan menegaskan sikap Gerakan Pemuda Pantura Banyuates yang ingin punya pemimpin baru. Banyak alasan yang mendasari keinginan agar Slamet Junaidi tak lagi terpilih sebagai bupati Sampang.

 

Pertama, dia menyoroti soal tingginya angka kemiskinan di Sampang. Lima tahun kepemimpinan Slamet Junaidi angka kemiskinan terus meningkat bahkan tertinggi di Jawa Timur.

 

Belum lagi, setiap tahun pemkab harus membayar bunga hutang pembangunan jalan lingkar selatan (JLS) kepada pemerintah pusat sebesar Rp 7 miliar.

 

Padahal keberadaan JLS yang dibangun dari dana hutang itu tidak memberikan dampak yang signifikan, baik terhadap roda perekonomian masyarakat maupun penambahan pendapatan asli daerah (PAD).

 

Seandainya dulu dana Rp204,5 miliar itu dipakai untuk program pembangunan infrastuktur di kecamatan manfaatnya akan jauh dirasakan oleh masyarakat.

 

“Cukuplah satu periode. Saya pikir sekarang Sampang mengalami situasi yang agak berat dan memprihatinkan. Mulai dari penundaan pilkades, ketimpangan pembangunan hingga beban hutang yang tidak sedikit. Jadi sudah saatnya gerakan perubahan untuk Sampang yang lebih baik,” pungkas Ivan.