HUMANIORA

Rizal Bocah 12 Tahun Asal Angsoka Harus Berjibaku Hidupi Kakek dan Kakaknya

326
×

Rizal Bocah 12 Tahun Asal Angsoka Harus Berjibaku Hidupi Kakek dan Kakaknya

Sebarkan artikel ini
Rizal bersama kakeknya Sehri dan kakaknya Ilham penyandang disabilitas.

PETAJATIM.co, Sampang – Rizal Saputra bocah yang baru menginjak usia 12 tahun, seharusnya sedang asyik-asyiknya menghabiskan waktu bermain dengan teman sebayanya. Namun dia justru harus berjibaku menghidupi kakek dan kakaknya seorang diri.

Rizal demikian panggilan akrabnya tinggal di Desa Angsoka, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang. Semenjak ayahnya meninggal dunia kemudian ditinggal begitu saja oleh ibunya, dia pun terpaksa merawat Sehri kakeknya serta Ilham kakak semata wayang yang menyandang disabilitas.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Rizal membanting tulang sendirian sambil melanjutkan sekolah dasar di desa setempat. Ia harus pandai membagi waktu belajar dan bekerja serabutan demi kelangsungan hidup dirinya, kakek dan kakaknya.

Menurut penuturan Saiful salah seorang warga yang masih mempunyai hubungan kerabat dengan bocah tersebut mengatakan, ayah Rizal telah meninggal pada awal tahun 2018 silam.

“Setelah ayahnya meninggal, Rizal dan Ilham diasuh oleh ibunya dan tinggal di Kabupaten Sampang,” kata Saiful, Sabtu (28/11/2020).

Setelah tinggal bertiga bersama ibunya di Sampang, mereka mencoba mengadu nasib dengan merantau ke Surabaya pada 2019 lalu.

“Namun malang ketika di Surabaya, Ilham mengalami kecelakaan ditabrak kereta api. Sehingga kaki dan tangannya harus diamputasi,” jelasnya.

Akibat kecelakaan itu Ilham yang sempat dilarikan ke rumah sakit oleh ibunya, akhirnya mengalami cacat setelah tangan dan kakinya diamputasi.

Pasca kejadian itu, kemudian sang ibu mengajak kedua anaknya pulang ke rumah mendiang ayahnya di Desa Angsokah agar diasuh oleh kakeknya yang juga hidup sebatang kara.

“Jadi sejak itu ibunya pergi entah ke mana, tanpa ada pesan yang jelas dan tak ada kabar sampai saat ini. Istri almarhum ayah Ilham ini adalah orang Surabaya,” tuturnya.

Awalnya yang menanggung biaya hidup kedua anak tersebut adalah kakeknya yang sehari-hari  berjualan legen (la’ang bahasa madura red).

Namun, karena kondisinya sudah semakin menua, kini dia sudah tak memungkinkan untuk memanjat pohon siwalan untuk mengambil air legen di atas pohon yang cukup tinggi.

“Melihat kondisi kakeknya yang sudah renta dan sakit-sakitan, serta kakaknya yang mengalami cacat fisik. Sehingga Rizal yang menjadi tulang punggung keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari,” ungkapnya.

Ia pun berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sampang bisa membantu meringankan beban hidup yang harus ditanggung oleh Rizal. Mengingat diusia belia dia seharusnya sibuk melanjutkan sekolahnya bukan malah mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.

Penulis : Tricahyo
Editor : Heru