petajatim.co, Sampang – Musim kemarau yang melanda Kabupaten Sampang mengakibatkan sebagian wilayah mengalami krisis air. Salah satunya, di desa Lar-lar, Kecamatan Banyuates.
Sejak beberapa bulan terakhir warga kesulitan mendapatkan air bersih. Meski begitu, hingga saat ini pemkab belum memberikan perhatian.
Fathur Rahman, 32, warga setempat, menuturkan, setiap tahun selama musim kemarau desanya selalu mengalami krisis air bersih. Sumur milik warga kering. Jadi, untuk bisa memenuhi kebutuhan air sehari-hari warga harus membeli air tangki.
“Setiap musim kemarau seperti sekarang sumur milik warga dan sungai kering tak ada airnya,” tuturnya kepada petajatim.co. Sabtu (11/10/19).
Kekurangan air mulai dirasakan sebelum Idul Adha. Untuk bisa mendapatkan air bersih, warga membeli Rp 300 ribu per tangki. Satu tangki berisi lima ribu liter. Itu untuk kebutuhan memasak, mandi, mencuci, dan semacamnya.
“Satu tangki itu bisa cukup seminggu. Kalau kurang membeli air jeriken yang harganya Rp 12 ribu,” katanya.
Jika tidak membeli air tangki. Kata Fathur, warga harus bangun pukul empat pagi untuk mengambil air di sumur warga di desa Tlagah. Sementara, jarak antara desa Lar-lar dengan Tlagah kurang lebih dua kilometer.
“Kalau sudah tidak punya uang untuk beli air. Kami terpaksa mengambil ke desa sebelah pakai jeriken,” ucapnya.
Dia berharap pemkab bisa memberikan perhatian terhadap warga di desanya dengan mendistribusikan bantuan air bersih selama musim kemarau. Sebab, tidak semua warga bisa membeli air tangki.
“Seingat saya bantuan droping air bersih hanya sekali. Itupun hanya untuk kalangan guru, kalau masyarakat umum tidak ada,” ucapnya.
Kepala desa (Kades) Lar-lar Duri mengatakan, selama musim kemarau ada empat dusun di desanya yang mengalami krisis air. Yakni, dusun Durbugen, Abu dauh, Kaju Abu Laok, dan Kaju Abu Daya. Jumlah warga di dusun tersebut sekitar 4 ribu jiwa.
Pihaknya sudah melaporkan kondisi tersebut kepada pemerintah kecamatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sampang. Tapi sampai sekarang droping air belum dilakukan.
“Sejauh ini kami hanya bisa memberikan bantuan air kamasan kepada warga. Kami harap pemkab segera memberikan perhatian,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Sampang Anang Djoenaidi belum bisa dikonfirmasi terkait dengan kondisi tersebut. Saat dihubungi melalui telepon tak direspon. (nal/her)