petajatim.co, Sampang – Ambruknya atap ruang kelas SDN 2 Samaran Kecamatan Tambelangan menjadi atensi Komisi IV DPRD Sampang. Wakil rakyat tersebut melakukan inspeksi ke sekolah itu untuk melihat secara langsung kondisi bangunan yang roboh.
Dugaan kuat bangunan sekolah yang ambruk itu disebabkan gagal konstruksi itu, telah terpasang garis Polisi. Itu artinya kasus gedung sekolah yang dibangun 2017 lalu tersebut sudah masuk ranah penyelidikan Polres Sampang.
Ketua Komisi IV DPRD Sampang, Musoddaq Chalili menyampaikan, peristiwa ambruknya atap ruang kelas SDN 2 Samaran menjadi catatan merah bagi Dinas Pendidikan (Disdik) Sampang, agar lebih serius dalam melaksanakan pembangunan maupun rehab ruang kelas. Karena menyangkut keselamatan jiwa siswa maupun guru saat mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
“Untung saja dalam peristiwa amburuknya ruang kelas itu tidak sampai ada korban jiwa,” kata Musoddaq Chalili, Senin (20/1/2020).
Dikatakan, program rehab gedung sekolah itu dibangun dengan biaya sebesar Rp 150 juta bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) 2017. Tapi baru setahun dibangun oleh CV Hikmah Jaya, atap ruang kelas sudah bergelombang, kerangka kayu atap mulai rapuh.
“Karena dikerjakan asal-asalan, sehingga usia bangunan itu tidak bertahan lama. Padahal jika dikerjakan dengan spesifikasi yang benar maka usianya bisa mencapai 5 tahun,” terangnya.
Menyikapi hasil inspeksi dilapangan, ia akan segera melakukan rapat koordinasi dengan Disdik untuk membahas rencana perbaikan ruas kelas di sekolah tersebut. Meski saat ini pihak sekolah sudah menyediakan tempat sementara untuk proses KBM.
“Kami juga mendukung APH untuk mengusut tuntas kasus ambruknya atap kelas di sekolah tersebut. Ini berkaitan dengan kualitas bagunan, jadi semua pihak yang terlibat dalam proyek itu harus bertanggung jawab,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala SDN 2 Samaran, Retno Dijah Wijayanti mengatakan, ruang kelas yang atapnya ambruk itu merupakan kelas IV dan V. Sudah lama pihaknya mengaku was-was dengan kondisi ruangan itu, sebab semakin lama struktur atap reot dan turun kebawah.
Retno mengungkapkan, guru dan siswa yang belajar di kelas itu sering mendengar bunyi kayu reot terutama saat ada angin kencang, Sehingga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kelas itu dikosongkan, dan KBM dipindah ke ruangan lain.
“Kami sudah melaporkan kejadian itu ke Disdik Sampang. Semoga bisa segera ada perbaikan,” tandasnya.
Sebagaimana diketahui Polres Sampang mulai menyelidiki kasus ambruknya atap bangunan kelas SDN II Samaran tersebut. Kasat Reskrim Polres Sampang AKP Riki Donaire Piliang mengatakan, petugas telah mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) untuk melakukan proses identifikasi penyebab ambruknya atap bangunan sekolah itu.
“Kita telah memasang Police Line di TKP untuk mempermudah proses penyelidikan di lokasi kejadian,” singkatnya. (nal/her)