PETAJATIM.CO || Sampang – Pengamat Politik dan Hukum, Sutrisno menilai debat publik kedua Pilkada Sampang dimenangkan pasangan calon nomor urut 1 KH Muhammad bin Muafi Zaini-Abdullah Hidayat atau Kiai Mamak-Mas Ab.
Menurutnya, pasangan Kiai Mamak-Mas Ab (Mandat) lebih menguasai persoalan ketimbang lawannya, yakni pasangan Slamet Junaidi-Mahfud (Jimad).
“Secara umum saya lihat pasangan Mandat lebih tenang dan menguasai materi. Kelihatan sekali sudah siap menjawab di arena debat,” kata Sutrisno, Rabu (13/11/2024).
Paslon Mandat, kata dia, bisa memaparkan program konkret atas masalah-masalah yang ditanyakan oleh moderator saat debat.
Ia mencontohkan bagaimana Kiai Mamak menyampaikan visinya dalam program penguatan UMKM dan pengembangan ekonomi desa. Kiai Mamak ingin lebih memaksimalkan potensi ekonomi desa melalui program hilirisasi komoditas desa yang ditopang dengan program vokasi dan penguatan akses permodalan.
“Kami rasa visi paslon Mandat ini bukanlah hal mustahil bila diiringi strategi yang tepat,” kata Sutrisno.
Sementara paslon nomor urut 02, Slamet Junaidi-Mahfud cenderung emosional dan kurang tenang. Cara penyampaiannya terkesan terburu-buru, sehingga ketajaman dan kedalamannya kurang kuat.
Contohnya ketika menanggapi pertanyaan dari paslon 01 terkait permasalahan keterbukaan informasi publik (PPID) yang tidak bisa diakses dan juga terkait data temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI tahun 2023 senilai Rp 2 miliar yang hingga kini belum terselesaikan.
Paslon 02 hanya menjawab jika permasalahan tentang keterbukaan informasi publik (PPID) harusnya disampaikan lima tahun lalu, bukan sekarang. Bahkan mereka juga menyebut jika paslon 01 tidak berhak menyatakan ataupun menyampaikan terkait temuan BPK RI tersebut.
“Baik debat pertama dan kedua, paslon 02 ini terkesan sekali ingin mendowngrade paslon 01 dan cenderung menyerang personal. Padahal cara itu tidak efektif dan justru merugikan,” ujarnya.
Sutrisno mengatakan, debat kandidat bukan sekadar ajang pertarungan antar paslon, melainkan forum penting dimana calon pemimpin diuji untuk menyampaikan visi, misi, ide, dan program kepada publik.
“Fokus utama debat seharusnya bukan pada persaingan antar paslon, melainkan pada bagaimana berkomunikasi dan menyampaikan visi misi kepada masyarakat sebagai pemilih,” pungkasnya.