KINERJA

AKD Sampang Menimba Ilmu Pengembangan Potensi Wisata di Desa Tamansari Banyuwangi

118
×

AKD Sampang Menimba Ilmu Pengembangan Potensi Wisata di Desa Tamansari Banyuwangi

Sebarkan artikel ini
Tari Gandrung menyambut peserta studi banding AKD Samping.

PETAJATIM.co, Banyuwangi – Dipilihnya Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu lokasi studi banding oleh Pemerintahan Desa (Pemdes) Kabupaten Sampang sangat tepat. Mengingat desa yang berada dilereng gunung Ijen tersebut mendapat perhargaan sebagai Desa Wisata Terbaik tingkat Nasional dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDT).

Pengelolaan wisata di Desa Tamansari yang menerima penghargaan dalam kategori pemanfaatan jejaring bisnis, karena dinilai telah berhasil merintis pengembangan potensi wisatanya secara komersial. Sehingga keberhasilan itu banyak dipetik ilmunya oleh Aparatur desa yang tergabung dalam Asosiasi Kepala Desa (AKD) Sampang.

Kades Tamansari Rizal Syahputra, mengungkapkan, bahwa ia bersama warga setempat melakukan terobosan dengan membangun wisata-wisata penyanggah di kawasan kawah Ijen. Sehingga wisatawan yang mengunjungi kawah yang mengandung belerang itu tidak langsung pulang, tetapi bisa menyempatkan singgah di wisata penyanggah yang telah di bangun.

“Wisata penyanggah yang telah kita bangun dengan melibatkan warga setempat adalah wisata Taman Gandrung Terakota, serta Sendang Seruni yang dikelola langsung oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tamansari. Selain itu kita membuat kampung susu merupakan wisata edukasi, para pelajar bisa belajar bagaimana budidaya sapi perah dan produksinya. Kita juga membuat destinasi wisata safari perkebunan, wisatawan bisa belajar tentang budidaya kopi hingga proses produksinya,” jelas Rizal Syahputra, Sabtu (29/8/2020).

Kades Tamansari Kecamatan Licin, Banyuwangi, Rizal Syahputra dan Ketua AKD Kabupaten Sampang H Ahmad Muhtadin.

Ia menuturkan, destinasi wisata desa tersebut dibangun 2015 lalu, namun mengalami perkembangan yang cukup pesat. Keterlibatan masyarakat setempat sangat mengelit diantaranya pemanfaatan kendaraan wisata, jasa guide. Bahkan melalui pengelolaan BUMDes Desa Tamansari juga mengembangkan usaha homestay atau rumah singgah bagi wisatawan domistik maupun mancanegara.

“Berkat pengembangan destinasi wisata yang dikelola dengan baik tersebut, sehingga berhasil menggandeng pihak investor serta dapat bantuan dana dari Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan swasta, maupun bantuan langsung dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab), Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Pusat melalui Kemendes,” ungkapnya.

Obyek wisata Taman Gandrung Terakota menyajikan patung seribu gandrung, serta sebuah arena pertunjukan tari yang mirip dengan tari kecak di Bali. Bahkan setiap 6 bulan sekali di gelar penampilan tari gandrung merupakan tarian suku Osing, suku asli Banyuwangi. Bahkan peserta studi banding menikmati penampilan 2 penari gandrung yang cantik dengan gerakannya yang gemulai.

Selain itu pengunjung yang memasuki lokasi wisata itu juga dimanjakan dengan pemandangan rimbunnya pepohonan bambu dari berbagai jenis baik lokal maupun impor, serta kebun kopi sebagai salah satu tanaman andalan desa tersebut.

Sementara itu Ketua Asosiasi Kepala Desa (AKD) Kabupaten Sampang, H Ahmad Muhtadin menyatakan, hasil yang bisa dipetik dari studi banding di Desa Tamansari ialah, tentang pengelolaan BUMDes secara baik dengan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) menjadi produktif. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian warga desa.

“Keterbatasan kita adalah pengembangan SDA untuk potensi wisata, salah satunya yang paling vital yakni ketersediaan sumber air yang masih sangat minim jika dibandingkan dengan Desa Tamansari. Namun pelajaran yang dapat kita ambil dari studi banding tersebut ialah semangat serta inovasi dan terobosan dalam upaya memberdayakan BUMDes dengan meningkatkan SDM masyarakat desa,” tukas Kepala Desa Gunung Eleh, Kecamatan Kedungdung itu. (her)