PETAJATIM.co, Sampang – Dunia digital sudah tidak bisa lepas dari kehidupan manusia di abad ini. Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat seakan-akan menjadi suatu kebutuhan maupun tuntutan baik itu dalam dunia bisnis, pendidikan, entertainment, terutama dalam berkomunikasi.
Dari sekian banyak media sosial, youtube mungkin paling banyak di gemari. Chanel berisikan konten video tersebut grafik penggunanya cukup tinggi. Berdasarkan data yang dihimpun We Are Social tercatat bahwa 88% orang Indonesia menggunakan media sosial Youtube. Ini artinya dari 150 juta pengguna media sosial sekitar 132 juta orang menggunakan Youtube.
Saat ini orang-orang pada keranjingan menjadi Youtuber istilah bagi orang yang suka membuat konten di youtube. Mungkin karena tergiur dengan hasil yang didapat dari konten tersebut, sehingga mulai dari artis yang menjual konten gaya hidupnya atau kemewahan bahkan juga kedermawanannya, juga dikalangan pengusaha termasuk pula pejabat negara berlomba-lomba menjadi Youtuber.
Namun sosok yang satu ini bukanlah artis, bukan pula pengusaha apalagi pejabat publik. Dia hanyalah anak muda mempunyai segudang kreativitas yang menyalurkan ide-ide cerdasnya dalam tayangan video yang diunggah dalam sebuah chanel Youtube Mata Pena.
Nama kerennya Ken Madzkur, walaupun keturunan Madura asli tapi entah dari mana embel-embel nama depan Ken tersebut. Mungkin dia masih ada keturunan Ken Arok atau titisan dari Ken Dedes, atau bisa jadi hasil dari perselingkuhan keris Empu Gandring dengan Clurit Sakera. Entahlah mungkin perlu tes DNA untuk mengetahui kepastian garis nasabnya.
“Itu nama pena saya, maknanya pelindung dalam bahasa Sansekerta. Sejak kuliah saya memang gemar membaca sejarah. Nama Ken ditemukan dari tokoh Ken Arok, karena dari trah Ken itulah lahir para raja di tanah jawa,” beber pria kelahiran 2 Juni 1994.
Konten video yang dibuat Ken Madzkur kebanyakan berisikan komedi satire, tentang kritikan sosial dilingkungan sekitar itu sempat mencuri perhatian netizen dijagat maya. Dengan gaya khasnya memotret kehidupan di desa dengan gaya critical comedy tentang adat, tradisi bahkan juga menyentil pemerintah menggunakan bahasa daerah Madura, tapi belum genap setahun konten itu total sudah mencapai 39 ribu subscribe.
“Konten pertama kali berjudul “Main Mata Kepala Desa dengan Kontraktor” dibuat perkiraan bulan mei 2019. Dari konten pertama itu Mata Pena mendapat 500 subs. Saat ini, Mata Pena sudah upload 57 video,” terang aktivis PMII asal Desa Desa Palenggiyan, Kecamatan Kedungdung.
Mengenai pengunaan Bahasa Madura yang tetap dipertahankan sampai saat ini, alasan Ken Madzkur ternyata cukup mulia walaupun terkesan maksa, yakni Ingin mengenalkan madura di mata dunia. Namun yang paling prinsip kenapa memakai bahasa daerah agar roh dari humor atau komedi yang bawakan tetap terlihat lucu dan kocak. Selain itu karakter kelucuan atau kekonyolan setiap daerah tentu berbeda-beda.
Uniknya tokoh imaginer yang jadi tokoh sentral dalam setiap pembuatan video itu adalah Klebun Morleke (Kepala Desa Timur Kali). Sosok Kepala Desa bagi masyarakat Madura memang bagaikan raja-raja kecil, simbol kekuasaan serta pengaruhnya cukup dominan dikalangan masyarakat desa.
Namun keberadaan Desa Morleke hingga saat ini masih dipertanyakan, apakah ada di Dinas Kependudukan nama desa tersebut, bahkan pencarian di google map tidak muncul atau memang dihapus dari peta dunia seperti Negara Palestina ? Atau desa itu merupakan “The Lost Village” hilang dari peradaban budaya dan moralitas.
“Sebenarnya nama Morleke itu berangkat dari latar belakang ejekan temen-teman waktu di kampus. Ejekan Morleke merupakan simbol kampungan atau bersifat Semiotika, simbol keterbelakangan, deso, udik. Dari situ, saya mengangkat simbol Morleke sebagai tokoh utama, untuk membuktikan bahwa anak kampung sekalipun bisa berkreasi,” tuturnya dengan nada bangga tapi tidak sombong.
Pria lulusan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya masuk 2013, lulus 2017 akhir mengambil Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Humaniora itu mempunyai obsesi mencerdaskan pemuda desa melalui tayangan konten di chanel Youtube. Meski sudah mendapat 4 kali tawaran endorse, tapi ditolak karena dianggap dapat mengurangi greget cerita, seolah memberi jeda untuk promoting products.
“Tapi jika endorse tersebut bersifat mencerdaskan (sosialisasi program) tentu kami welcome. Namun endorse produk maaf saat ini kami masih belum siap,” tukasnya.
Sejauh ini penghasilan dari adsense yang diterima memang belum seberapa tetapi paling tidak bisa ditabung sedikit demi sedikit buat modal kawin kata jomblo yang menargetkan menikah tahun ini
“Meski hasilnya masih belum besar, tapi pada prinsipnya menjadi motivasi bagi kami untuk terus berkarya dan berkreasi menyuarakan kritikan sosial yang konstruktif lewat tayangan video Youtube tersebut,” katanya sambil berpesan salam kebangsaan Youtuber, jangan lupa subscibe, like and coment. (her) Pimred Petajatim.co