PERTANIAN

Miris, Luas Lahan Tambak Garam Di Sampang Tersisa 2.800 Hektare

63
×

Miris, Luas Lahan Tambak Garam Di Sampang Tersisa 2.800 Hektare

Sebarkan artikel ini
Seorang petani sedang menggarap lahan tambak garam di Kelurahan Polagan

petajatim.co, Sampang – Kabupaten Sampang merupakan salah satu daerah produksi garam terbesar di Jawa timur (Jatim). Namun sayangnya, luas lahan tambak garam terus berkurang. Berdasarkan Dinas Perikanan Sampang, menyebutkan, dari 4 ribu hektare lebih lahan tambak garam yang ada tersebut, kini hanya tersisa 2.800 hektare.

Sehingga kondisi tersebut berdampak terhadap penurunan produksi garam. Selain itu penyusutah lahan akibat beralih fungsi menjadi kawasan perumahan, pertokoan, dan tempat usaha lainnya.

Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Budidaya Dinas Perikanan Sampang, Moh Machfud mengatakan, awalnya, luas lahan tambak garam di Sampang mencapai 4.382,7 hektare dengan produksi 397.922 ton dengan rata-rata produktivitas tambak garam antara 80-100 ton per hektare. Luas lahan prospektif mencapai 173,7 hektare.

“Saat ini luas lahan tambak garam produktif masyarakat dan perusahaan hanya sekitar 2.800 hektare,” kata Machfud. Minggu (13/10/19).

Potensi tambak garam terbesar di Kota Bahari tersebar di Kecamatan Camplong, Sampang, Pangarengan, Sreseh, dan Kecamatan Jrengik dengan jumlah sebanyak 219 kelompok usaha garam.

“Setiap tahun selalu terjadi penyusutan lahan tambak garam 1 persen dari total luas lahan garam produktif yang ada,” ucapnya.

Di samping itu, persoalan modal menjadi faktornya. Mengingat, produksi garam juga membutuhkan dana tak sedikit. “Karena keterbatasan modal, makanya banyak lahan yang tak digarap,” sambung dia.

Selain dialihfungsikan untuk perumahan, penyusutan lahan garam di Sampang itu juga karena sebagian pemilik lahan menggunakannya untuk jenis usaha yang dinilai lebih menjanjikan. Misalnya, pertokoan, dan rumah kos.

Menurut dia, stabilitas harga garam juga sangat mempengaruhi terhadap ketersedian luas lahan tambak garam. Pasalnya manakala harga garam kurang menjanjikan, mayoritas pemilik tambak garam kurang bergairah untuk mengelola lahan.

Sehingga sebagian lahan tambak garam dialihkan menjadi kawasan usaha yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi, semisal gudang, pertokoan, perumahan dan lain sebagainya.

“Harga garam yang cenderung murah membuat minat petani atau petambak untuk menggarap lahan rendah,” ucapnya.

Menurut Machfud, penyusutan lahan garam tambak garam di Sampang, itu terjadi dikawasan perkotaan. Sedangkan di daerah pedesan tetap.

Untuk itu, Mahfud meminta agar para petani garam bisa lebih semangat dan giat untuk terus meningkatkan hasil produksi garam. Petani disarankan bergabung ke koperasi garam. Tujuannya, agar bisa mandiri dan tidak bergantung kepada pengepul untuk mendapatkan modal dan menjual hasil produksi.

“Kami berupaya menangani alih fungsi lahan produktif garam dengan menjalankan program lahan terintegrasi dan rumah kristal garam,” pungkasnya. (nal/her).