PETAJATIM.co, Sampang – Program Pemeliharaan Rutin Jembatan di Jalan nasional di wilayah Pantai utara (Pantura) Madura yang dilaksanakan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BPPJN) VIII senilai Rp 535 juta dipertanyakan banyak pihak. Pasalnya kondisi sejumlah jembatan di wilayah Pantura masih terlihat kumuh dan kotor.
Indikasi program pemeliharaan itu tidak maksimal terlihat dari sejumlah jembatan di jalan nasional yang terlihat kotor dan tidak terawat. Antara lain jembatan Duek Buter dan jembatan Potat di Jalan Raya Banyuates, jembatan Nepa Jalan Raya Batioh, jembatan Longkekek jalan Raya Bringkoneng dan jembatan Batu Kembang di Jalan Raya Banyusokah, Kecamatan Ketapang.
Pantauan Petajatim.co, kondisi sejumlah jembatan tersebut saat ini banyak ditumbuhi tanaman liar di sekitar jembatan. Bahkan sampai menutupi bangunan pelengkap dan rambu atau marka yang terpasang di sisi kanan dan kiri jembatan.
Kondisi itu, diperparah dengan banyaknya sampah yang berserakan baik di atas maupun di bawah bangunan jembatan. Selain itu, ada beberapa kerusakan pada beton dan pipa reling atau sandaran. Cat jembatan juga sudah buram dan mengelupas itu membuktikan bahwa tidak pernah di lakukan pengecatan sama sekali.
Padahal, di dalam kontrak kerja pengerjaan pemeliharaan jembatan. Terdapat sejumlah indikator atau elemen bangunan jembatan yang harus diperhatikan oleh pelaksana saat mengerjakan program tersebut.
Pertama adalah bangunan bawah. Pelaksana harus membersihkan semua sampah atau kotoran yang ada di bahwa jembatan, memperbaiki beton yang retak atau pecah dan juga memperbaiki apabila ada kerusakan pada pasangan batu.
Indikator kedua adalah, pelaksana harus membersihkan semua kotoran di atas jembatan, memperbaiki lapisan galvanis pada struktur baja yang mengelupas, memperbaiki tiang sandaran yang rusak, mengecek baut dan paku keling dan memastikan jika sambungan siar muar terpasang dengan benar serta dapat berfungsi dalam kondisi bersih.
Sedangkan, indikator ketiga ada pada bangunan pelengkap jembatan dan Daerah aliran sungai (DAS). Meliputi kebersihan, tulisan pada papan nama jembatan terlihat jelas, rambu dan marka harus bisa terlihat dengan jelas oleh para pengendara.
Slamet selaku pengawas lapangan mengklaim bahwa, program pemeliharaan jembatan jalan nasional di wilayah Pantura Madura berjalan maksimal. Proyek tersebut dikerjakan oleh rekanan asal Kabupaten Pamekasan.
Ia mengatakan, tidak semua jembatan di jalan tersebut masuk dalam program pemeliharaan rutin tahun ini. Ada skala prioritas dalam menentukan lokasi pengerjaan. Termasuk menyesuaikan dengan ketersediaan anggaran yang ada.
“Jembatan yang kita tangani atau pelihara hanya yang masuk dalam daftar. Sisanya mungkin digarap tahun depan,” katanya, Sabtu (11/07/2020).
Slamet menyampaikan, bangunan jembatan di sepanjang jalan nasional tersebut berjumlah lebih dari 50 titik. Terdiri dari jembatan rangka dan biasa. Sementara yang masuk dalam program pemeliharaan tahun ini hanya 44 titik.
“Kalau nama-nama jembatannya saya tidak hafal. Datanya ada di kantor, saya juga orang baru di bidang pengawas lapang, jadi belum begitu paham tentang lokasi,” kilahnya.
Meski demikian, pihaknya berjanji akan terus mengevaluasi pelaksanaan program pemeliharaan rutin jembatan jalan nasional. Harapannya, agar kedepan program tersebut bisa lebih maksimal dan sesuai dengan harapan.
“Terima kasih atas atensinya. Kalau masih ada informasi yang kurang, silakan langsung hubungi pihak pelaksana saja,” pungkasnya.
Untuk diketahui, program pemeliharaan rutin jembatan jalan nasional wilayah Pantura Madura dikerjakan PT Pembangunan Makmur Santoso – PT Duta Abadi Lancar Mandiri (KSO) yang beralamat di Dusun Nigara, Tambung, Kabupaten Pamekasan, Madura. (nal/her)