petajatim.co, Sampang – Bupati Sampang H Slamet Junaidi sangat responsif dalam memberikan bantuan pemulangan Laili Nadhiftul Fikriya, mahasiswi asal Desa Rapa Laok, Kecamatan Omben yang tengah menempuh pendidikan S2 di Shandong University China, karena dikhawatirkan terjangkit wabah virus corona.
Dinas Sosial (Dinsos) Sampang, memastikan Laili akan dipulangkan ke kampung halamannya, Jum’at (31/1/2020) nanti. Hal itu dibuktikan dengan memberikan biaya pemulangan kepada ibunya Sri Astutik.
Penyerahan biaya pemulangan tersebut diwakilkan kepada Kasi Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial (PSKBS) Dinsos, Zainal Fatah didampingi Ketua Forum Pengurus Karang Taruna (FPKT) Sampang, Moh Jakfar yang disampaikan langsung kepada Sri Astuti ibu kandung Laili dengan ditransfer melalui rekeningnya.
Saat dikonfirmasi melalui komunikasi via WhatsApp, Laili Nadhiftul Fikriya merasa terharu dengan perhatian yang diberikan Bupati H Slamet Junaidi, serta semua pihak yang ikut peduli terhadap kondisinya.
“Jujur saya terharu dengan kepedulian Bupati Sampang, itu menunjukkan bahwa pemerintah daerah hadir disaat rakyatnya sedang mengalami kesulitan,” ungkap Laili Nadhiftul Fikriya langsung dari Kota Qingdau Provinsi Shandong China, Rabu (29/1/2020).
Dia juga menyampaikan terima kasih kepada awak media yang telah memberitakan keresahan dialaminya. Temasuk pula pada Karang Taruna Sampang serta pihak yang ikut mengantar orang tua saat menghadap Bupati Sampang.
Sementara Ketua FPKT Sampang, Moh Jakfar memuji respon cepat dari Bupati H Slamet Junaidi. “Salut dan mengapresiasi respon cepat Bupati Sampang terhadap keresahan yang dialami kader Katar Desa Rapa Laok tersebut,” ujar Jakfar.
Laili Nadhiftul Fikriya merupakan Mahasiswi asal Indonesia yang masih tertahan di Kota Qingdao Provinsi Shandong China. Sementara 4 Mahasiswa yang lain sudah kembali ke Tanah air pasca muncuatnya wabah Virus Corona.
Saat ini situasi di China genting dan mencekam terutama di Wuhan/Hubei, logistik serta masker yang dibutuhkan Mahasiswa Indonesia sudah menipis. Sementara jalanan lengang dan toko sudah tidak ada yang buka.
Ditambah lagi rencana menutup kota strategis, penerbangan dan stasiun menambah keinginan kuat para mahasiswa Indonesia untuk pulang ke daerah asal. (tricahyo/her)