UKM

Program OVOP Tak Jalan, Disperdagprin Sampang Berkilah Itu Program Pusat

29
×

Program OVOP Tak Jalan, Disperdagprin Sampang Berkilah Itu Program Pusat

Sebarkan artikel ini
Sejumlah hasil kerajinan ukiran kayu yang menjadi produk unggulan di Sampang, tapi sayang tak masuk dalam program OVOP

petajatim.co, Sampang – Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagprin) Sampang sudah lama menjalankan program One Village One Produk (OVOP) atau pengembangan produk unggulan pedesaan. Namun sayangnya program yang cukup strategis untuk meningkatkan perekonomian masyarakat tersebut belum berjalan maksimal.

Pasalnya, Disperdagprin hanya memfasilitasi produk batik tulis sajai, padahal produk unggulan daerah lain juga butuh pembinaan agar bisa berkembang. Tetapi Disperdagprin beralasan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pusat memprioritaskan kerajinan batik tulis sebagai produk unggulan yang masuk dalam pemetaan program OVOP.

Kabid Perindustrian Disperdagprin Sampang, Imam Rizali mengatakan, One Village One Produk (OVOP) merupakan program pemerintah pusat yang dijalankan di seluruh provinsi di Indonesia. Potensi produk unggul di tiap daerah di petakan untuk mengetahui tingkat perkembangan usaha, dan nilai jual produk.

“Program OVOP selaras dengan program Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui potensi produk unggul yang ada,” kata Imam. Jumat (6/12/19).

Diterangkan, produk unggulan yang difasilitasi program OVOP lebih ditekankan pada produk kerajinan yang unik yang dimiliki daerah tertentu yang tidak ada di daerah lain. Sehingga, produk itu menjadi ikon atau ciri khas daerah tersebut.

“Sementara ini produk unggulan di Sampang yang masuk OVOP itu hanya kerajinan batuk tulis Trunojoyo dan motif ringkel,” terangnya.

Pihaknya tidak menampik jika sampai saat ini baru produk batik tulis yang difasilitasi program tersebut. Sebab, selama ini sentra usaha kerajinan terbesar di Kota Bahari yaitu batik tulis. Kampung batik tulis hampir tersebar di 14 kecamatan.

“Program pembinaan kerajinan batik menerapkan sistem gugus kendali mutu. Meliputi standar produksi, bahan baku, manajemen, dan peningkatan kualitas produk. Harapannya, proses produksi lebih bermutu,” ucapnya.

Pihaknya berjanji akan berupaya untuk mengembangkan dan memperluas cakupan program OVOP. Salah satunya dengan mengklasterkan semua produk kerajinan yang ada.

“Kami bekerja sama dengan Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Tenaga Kerja (Diskumnaker), dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) untuk mendata dan mengembangkan produk unggulan di kawasan pedesaan dan kota,” ujarnya.

Sementara itu, anggota Komisi II DPRD Sampang Agus Husnul Yakin meminta agar dinas terkait lebih maksimal mengembangkan usaha kerajinan sebagai produk unggulan. Pemberian bantuan alat produksi harus merata kepada seluruh perajin, baik yang mandiri maupun sudah bergabung ke kelompok.

“Terpenting dinas harus meminimalisir produk unggulan dari luar daerah masuk ke Sampang. Karena itu bisa merusak pemasaran serta menimbulkan persaingan tak sehat,” kata Politikus asal Kecamatan Camplong itu. (nal/her)