PENDIDIKAN

Terkendala Ruang Perpustakaan, Banyak SD Di Sampang Tidak Jalankan Program Literasi

36
×

Terkendala Ruang Perpustakaan, Banyak SD Di Sampang Tidak Jalankan Program Literasi

Sebarkan artikel ini
Sejumlah siswa SD sedang membaca di ruang perpustakaan

 

petajatim.co, Sampang – Dinas Pendidikan (Disdik) Sampang perlu bekerja keras dalam menerapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015, tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang diimplementasikan melalui program literasi. Pasalnya dari 616 Sekolah Dasar (SD) hingga saat ini ternyata masih banyak yang belum menjalankan program linterasi.

Kabid Pembinaan SD, Disdik Sampang Achmad Mawardi, menegaskan, semua lembaga SD wajib menerapkan program linterasi. Sesuai dengan Surat Edaran (SE) tentang imbauan pelaksanaan sudah diberikan kepada semua sekolah. Bahkan pemerintah juga sudah memberikan bantuan pengadaan buku dan pembangunan gedung perpustakaan.

Ia menekankan, apabila masih ada sekolah yang belum menjalankan imbauan SE tersebut, maka pihaknya akan memberikan sanksi akumulasi kinerja kepada Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab.

“Kami tidak akan segan mengganti atau memutasi kepala sekolah yang tidak bisa menjalankan program literasi. Terutama bagi SD yang sudah memiliki sarana prasarana membaca yang lengkap,” ancam Mawardi, Jumat (13/09/19).

Dikatakan, program literasi bertujuan mendorong siswa gemar membaca, sehingga mereka bisa memperoleh pengetahuan dan menyerap informasi dari berbagai buku yang telah dibaca. “Buku itu jendela dunia. Jadi dengan membaca siswa tidak hanya pintar dan cerdas, tapi juga mempunyai pengetahuan yang luas,” ucapnya.

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sampang itu mengakui, memang tidak semua SD di Kota Bahari memiliki sarana prasarana yang memadai untuk pelaksanaan program literasi, terutama ruang perpustakaan. Ia menambahkan, minimnya ruang perpustakaan jangan menjadi alasan bagi para Kepala Sekolah untuk tidak menjalankan program literasi tersebut.

Menurut dia, sekolah cenderung ingin dimanja dengan disediakan perpustakaan terlebih dahulu. Padahal untuk membaca buku tidak harus di perpus. Membaca juga bisa dilakukan di kelas.

“Yang dibaca tidak harus selalu buku pelajaran. Komik, koran, dan semacamnya juga bisa,” terangnya.

Pihaknya akan berupaya mendorong sekolah agar bisa menerapkan program linterasi. Jika siswa dididik dengan kebiasaan membaca, mereka akan ketagihan untuk membaca bukunya. Baik di sekolah maupun di rumah. Selain itu peran orang tua atau wali murid juga penting dalam membimbing anaknya agar rajin membaca.

“Setiap tahun kami berupaya memberikan bantuan pembangunan gedung perpustakaan ke semua SD, melalui program Dana Alokasi Khusus (DAK). Sementara, untuk bantuan buku dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),” pungkasnya.

(Nal/Her).